Rabu, 22 Februari 2012

Roti dari Kota Nabi


Madinah
يا غاديا نحو الحبيب عســـــاك تقر الســــلام إذا وصلت هناك
و عســـــاك تجري ذكر مثلي عنده فهو الشــــفاء لدائنا و لداك
و قل السلام عليك يا خير الورى من عاشق طول المدى يهواك

Wahai musafir sampaikanlah salamku kepadanya setibamu di Madinah
Mudah2an kau menyebutku di maqamnya karena beliau obat bagi kita semua
Katakanlah “Salam atasmu wahai sebaik baiknya manusia” dari perindu
sepanjang masa yang tak henti henti mencintainya


Suatu hari seorang pekerja dari desa A’bkara, desa yang letaknya tidak berjauhan dari kota Bagdad, datang ke rumah Amirul Mumini Ali bin Abi Thalib ra. Ia melihat pintu rumah beliau terpentang lebar. Ia menengok ke kiri ke kanan, ke samping dan ke dalam rumah, tapi tidak didapatkan tanda tanda ada orang di dalam rumah beliau.
Akhirnya, ia memberanikan diri mengucapkan salam. Setelah mendapat izin dari penghuni rumah, ia pun masuk. Di pojok rumah ia melihat Imam Ali ra sedang duduk berlutut. Di hadapan beliau ada sebuah mangkok dan kendi kecil berisi air.
Setelah dipersilahkan duduk, Tiba tiba Imam Ali ra mengeluarkan sebuah bungkusan kecil terbuat dari bahan baju. Pekerja yang datang ke rumah beliau menyangka bahwa bungkusan itu berisi uang yang akan dihadiahkan kepadanya. Dengan sudah payah Imam Ali membuka bungkusan itu dan merogohkan tangan beliau ke delamnya. Ternyata di dalamnya bukan ada uang atau emas akan tetapi sekeping roti kiring yang membuat orang itu tercengang keheranan. Imam Ali memasukan roti kering itu kedalam mangkuk lalu dituangkannya air dari kendi yang sudah tersedia. Melihat kelakuan beliau, pekerja tadi semakin heran dibuatnya.
Setelah itu, Imam Ali ra berkata kepadanya “Ayo silahkan kita makan bersama sama”. Sambil menggelenggelengkan kepadanya karena keheranan, orang tadi berkata “Apa yang kamu lakukan ini wahai Amirul Muminin. Kamu hidup di negeri Iraq, makanan orang orang Iraq lebih banyak dan lezat dari ini.”. Imam Ali pun berkata dengan penuh kekhusyu’an “Demi Allah apa yang kamu katakan itu betul, akan tetapi roti ini berasal dari kota Nabi saw, Madinah. Sesungguhnya aku lebih senang memasukan makanan ke perutku dari kota yang aku cintai”.
Dari kisah di atas kita bisa mengambil bukti kuat akan kecintaan Imam Ali ra kepada kota Rasulullah saw, Madinah, sampai sampai beliau tidak memilih baginya makanan yang dicintainya kecuali makanan yang datang dari Madinah. Tapi kenapa beliau tinggal di kufah pada saat beliau menjadi khalifah bukan menetap saja di Madinah kota Rasulallah saw sebagaimana khalifah khalifah sebelumya. Beliau hijrah ke Irak (ke Kufah) bukan karena keinginannya untuk bersenang senang, akan tetapi terpaksa karena terjadi gojolak fitnah busuk akibat terbunuhnya khalifah Utsman ra oleh kaum pemborontak.
Dulu, sebelum datang islam, kota Madinah dikenal dengan nama Yathrib, diambil dari nama orang yang pertama kali menduduki kota itu. Kemudian ketika Rasulallah saw hijrah dari Mekkah kota ini diganti namanya menjadi Madinah. Ia merupakan pusat perkembangan Islam sampai beliau wafat dan dimakamkan di sana. Selanjutnya kota ini menjadi pusat dakwah, pengajaran dan pemerintahan Islam. Dari kota ini Islam lalu menyebar ke seluruh jazirah Arabia dan lalu ke seluruh dunia.
Madinah berjarak kurang lebih 450 km dari Mekkah. Zaman dulu orang memerlukan waktu cukup lama untuk mencapai Madinah, kurang lebih satu bulan lamanya tentu dengan menggunakan kedaraan unta. Sekarang hanya dapat ditempuh kurang lebih 4 jam melalui jalan tol yang dibangun oleh pemerintah Saudi. Pada masa kekuasaan Usmaniyah-Turki, terdapat jalur kereta api yang menghubungkan antara kota Madinah dengan kota Amman-Yordania serta Damaskus-Syria. Dari sana jalur kereta api bisa langsung ke Istambul-Turki atau ke Haifa-Israel yang dikenal dengan nama Hejaz Railway (di bawah ini saya kirim foto foto pemandangan kota Madinah zaman dulu semasih ada kereta api. Anda tinggal klik saja). Kini jalur itu sudah tidak ada lagi dan stasiun kereta api Madinah dijadikan Museum. Ya sudah barang tentu jalur kereta api dahulunya digunakan untuk kelancaran pengangkutan jamaah haji.
Singkatnya, Imam Ali ra mencitai kota Madinah bukan karena kotanya yang indah dan subur, beliau mencintainya karena kota itu punuh dengan keberkahaan, rahmat Ilahi dan cahaya Rasulallah saw. Bahkan sampai sekarang kota itu telah menjadi magnet menyedot milyaran manusia datang untuk berziarah karena di samping mendapatkan keberkahan Rasulallah saw juga shalat di masjid beliau memiliki pahala 10000 kali dibanding dengan sholat di masjid masjid lainya kecuali Masjidul haram – Makkah. Madinah tidak pernah tidur menyambut para pengunjung yang datang dari pelosok bumi sepanjang tahun.
Siapa gerangan diantara kita yang tidak tergiur untuk sholat di masjid Rasulallah saw dan duduk diantara kebun-kebun surga?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan postkan komentar anda__